Hari Hujan
Hari ini ia datang lagi. Seperti biasa, ia duduk di kursi
yang ada di pojok ruangan dekat jendela yang menghadap ke taman. Seperti biasa,
hujan tengah turun saat ia datang ke kafe ini. Hari ini pun hujan turun cukup
deras. Ia memesan secangkir kopi hitam dan seporsi pancake. Sepertinya itu
memang makanan kesukaannya. Ia selalu memesan itu setiap kali Ia datang. Tidakkah
Ia merasa bosan dengan menu itu? Aku yang membuat dan mengantarkan pesanannya
saja sudah bosan karena pesanannya itu-itu saja. Tapi tidak apa, toh itu
penting untuk pemasukan kafe kecil ini. Hujan mulai reda dan Ia pun bangkit
mengambil payungnya lalu pergi.
Hari ini ia datang lagi. Hari ini penampilannya sedikit berbeda.
Biasanya Ia datang hanya dengan mengenakan kaus dan celana jean’s yang warnanya
sudah pudar. Sesekali Ia mengenakan jaket tipisnya. Namun tidak untuk hari ini.
Ia terlihat rapi dengan setelan kemeja warna hitam dan celana warna senada. Rambutnya
yang biasanya berantakan dan menutupi matanya itu ditata rapi. Namun pesanannya
tidak berbeda dengan sebelumnya, secangkir kopi hitam dan seporsi pancake. Sama
seperti biasanya, hujan mulai reda dan Ia pun pergi.
Hari ini ia datang lagi. Kali ini Ia datang dengan membawa
sebuah buku. Sepertinya itu buku sejarah zaman penjajahan. Aku mengantarkan
pesanannya seperti biasa. Baru kali ini aku lihat Ia mengenakan kacamata. Terlihat
Ia sangat serius membaca buku tebal itu. Seperti hari-hari sebelumnya, Ia tidak
pernah melihat ke arahku. Setelah aku berlalu meninggalkannya, ia menutup
bukunya dan mulai menyantap pancake yang masih hangat itu. Dari dapur aku lihat
sesekali Ia meneguk kopi hitamnya.
Hari ini hujan pun turun dan Ia datang. Payung hitamnya Ia letakkan
di tempat yang telah kusediakan tepat di samping pintu masuk. Ia langsung
melangkah ke arah tempat duduknya. Aku menyebut ‘tempat duduknya’ karena Ia selalu
duduk di kursi itu tiap kali datang. Entah mengapa, namun sejak pertama kali Ia
datang ke kafe ini, Ia hanya duduk di kursi itu. Anehnya, Ia akan memesan kopi
dan pancake untuk dibawa pulang jika ada yang duduk di kursi itu. Mungkin Ia
sangat menyukai suasana di sekitar tempat duduk itu. Hingga akhirnya tanpa
diminta, aku selalu mempersiapkan tempat duduk itu saat hari hujan. Aku mempersiapkan
itu khusus untuknya.
Hari ini Ia datang lagi. Namun ada yang berbeda. Bukan penampilan
rapinya. Bukan buku tebal yang ia bawa. Bukan. Hari ini cuaca cerah, sangat
cerah. Ia tidak pernah datang saat cuaca cerah seperti hari ini. Ia pun tidak
memesan kopi hitam dan pancake. Hari ini Ia memesan segelas iced lemon tea. Hanya
itu. Mungkinkah cuaca terlalu panas sehingga Ia memesan minuman dingin? Apakah Ia
sudah bosan dengan kopi hitam dan pancake? Kenapa Ia datang bukan saat hujan?
Aku berlalu setelah meletakkan pesanannya di atas meja. Entah
mengapa aku merasa sedang diawasi. Tidak biasanya Ia melihat ke arahku. Hari
ini Ia menatapku saat aku datang menanyakan pesanan, mengantarkan pesanan,
bahkan aku merasakan tatapannya mengikuti langkahku yang berjalan kembali ke
dapur. Seolah ada yang Ingin Ia katakan padaku. Namun sampai ia pergi, tidak
ada sepatah kata pun yang Ia lontarkan kepadaku. Aku pun tidak memiliki cukup
keberanian untuk bertanya. Bisa saja itu hanya perasaanku. Aku tidak terlalu
percaya diri untuk itu.
Sudah beberapa minggu berlalu dan Ia tidak pernah datang lagi
sejak kedatangannya di hari cerah itu. Sudah berapa hari hujan yang Ia lewati
tanpa datang ke kafe ini. Hari-hari pun berlalu dan tidak ada tanda-tanda Ia
akan datang lagi. Kami tidak pernah saling bertegur sapa kecuali saat Ia
memesan dan aku mengantarkan pesanan. Namun
kini tempat duduk di pojok ruangan di samping jendela itu terasa begitu sepi tanpa
kehadirannya di hari hujan. Mungkin Ia telah pergi jauh dan tidak akan datang
ke kafe ini lagi. Mungkin Ia telah menemukan kafe lain. Mungkin.
Tapi mungkin suatu hari Ia akan datang lagi. Mungkin Ia akan
hadir lagi saat hujan turun dan memesan secangkir kopi hitam dan seporsi pancake
lagi. Karena mungkin saat itu akan datang, aku pun tetap menyediakan tempat
duduk itu untuknya. Aku tetap mempersiapkan tempat duduk itu khusus untuknya,
saat hari hujan.
Mmm :3 syp met?
ReplyDeleteMmm :3 syp met?
ReplyDelete